Ulasan: Menikmati Coklat di Tepi Pantai Manila

Ulasan: Menikmati Coklat di Tepi Pantai Manila

Ditulis oleh Miguel Ortega, Foto oleh Tarish Zamora.

“Ada beberapa peselancar yang selalu datang untuk makan kue coklat setelah berselancar,” kata Cara Lim, manajer dari toko Tigre y Oliva, yang juga seorang peselancar. Didirikan oleh pembuat coklat, Simon Mastrota, toko ini memiliki spesialisasi dalam membuat coklat dan berlokasi di pantai berpasir, sekitar empat jam dari pusat kota.

Nama toko ini berasal dari dua anak perempuan sang pemilik, Tiger dan Olive. Semua ini dimulai dari eksperimen sederhana Mastrota pada coklat, di kota La Union, tempat tinggalnya selama ini. Akhirnya, ia mulai memproduksi coklat Tigre y Oliva dalam bentuk batangan. Ia bekerjasama dengan penyuplai coklat, Rob Crisostomo. Awalnya, produk hanya dipasarkan di Manila, yakni ke toko-toko dan restoran. “Ia membuat formula coklat Tiger y Oliva dan menentukan standar untuk coklat kami saat ini. Tentunya wajar jika ia membuka toko sendiri di lokasi awal semuanya dimulai,” jelas Crisostomo.

Pada dekade terakhir, La Union sebagai kota selancar, telah tumbuh menjadi komunitas dari pengrajin. Tigre y Oliva berada di wilayah The Great Northwest, San Juan, La Union, yang telah tumbuh mengakomodasi bisnis dengan spesialisasi kerajinan, mulai dari kopi dan bir, hingga makanan— bahkan juga tukang cukur.  Di lokasi seperti ini, inovasi dan kreativitas seringkali muncul dari toko satu ke toko yang lain, menciptakan lingkungan yang murni dan mengakomodasi.

Crisostomo bekerja dekat dengan petani coklat, dan sumber lainnya dari berbagai tempat di dalam negeri. Mulai dari Davao hingga Cotabato Selatan, keduanya ada di Mindanao dan Bohol di Visayas. “Tigre y Oliva berfokus pada kandungan alami pada biji coklat,” kata Crisostomo.

Proses awal dimulai dari petani, yang memilih, memfermentasikan, dan mengeringkan coklat di lokasi masing-masing, kemudian coklat dikirim ke laboratorium mereka di Manila. Biji coklat kemudian dipanggang, seperti kopi, dan dipisahkan lewat vakum. Biji yang telah dipisahkan lalu dihaluskan dan dicampur dengan gula, mentega kakao, dan bahan lainnya tergantung produk yang akan dibuat. Hasilnya adalah coklat yang merepresentasikan—dan diberi nama sesuai dengan daerah asalnya, yakni Talandang dari Talandang, Davao. Rasanya manis alami dengan sedikit rasa pahit. Ada juga Tupis dari Tupi, Cotabato Selatan, yang mengandung kandungan bunga-bunga dan kelembutan yang kaya.

Lewat bantuan dari Galeri Tim Chele, Lim bisa mengembangkan menu dengan bahan utama coklat dan menggunakan bahan-bahan yang terinspirasi dari sekitarnya. Ada macaroon kelapa yang menjadi favorit banyak orang, yang mana hidangan ini dilapisi di coklat asli yang dilelehkan. Kemudian ada juga hidangan klasik champorado, yakni bubur coklat, yang terbuat dari 75% coklat yang dipanggang dan diberi pemanis dengan rasa kelapa. Ada juga hidangan unik, berupa susu kocok yang dibuat oleh pembuat bir terdekat.

“Kualitas coklat dari Filipina bisa disandingkan coklat terbaik lainnya di dunia,” kata Crisostomo. Dengan seratus garis keturunan dari Amerika Tengah dan campuran coklat di seluruh negeri, ada banyak rasa yang dapat dijelajahi. “Satu dekade yang lalu, masih sedikit orang yang mau membuat coklat,” lanjutnya. Baik Lim maupun Crisostomo sama-sama berhadap, bahwa akan lebih banyak warga Filipina yang bisa menghargai kerajinan coklat lokal, dengan kemungkinan menyuplai coklat secara global.

Untuk saat ini, mereka dapat duduk dengan nyaman di pasir, menyajikan hidangan kreasi coklat untuk para peselancar yang kelaparan, para turis, warga lokal, sambil menikmati matahari dan laut. Tigre y Oliva bisa jadi merupakan hal terbaik yang pernah ada di tepi pantai.

Facebook: @tigreyolivachocolate

Kategori:
Temukan resep makanan inspirasional dengan eksplorasi feed baru kami!
Coba lihat

Ulasan

Peringkat Keseluruhan

    Tunjukan lebih banyak ulasan

    Klik "Setuju" jika kamu ingin menggunakan Cookie dan teknologi yang mirip.

    Baca kebijakan cookie